Minggu, 11 Maret 2012

PERILAKU KONSUMEN - PART 5

Marginal Rate of Substitution





Persamaan di atas dikenal sebagai Marginal Rate of Substitution (MRS),yang sebenarnya menunjukkan kemiringan dari kurva indiferen. MRS selalu negative dan mengukur pertukaran (trade-off) dua komoditas pada kondisi utilitas konsumen yang tidak berubah. Karena prinsip inilah maka suatu kurva indiferen mempunyai kecenderungan cembung terhadap titik asal (convex to origin).

Contoh soal :
Mungkinkah kurva indiferen berbentuk tidak cembung terhadap titik asal?
Penyelesaian :
Mungkin,karena kurva indiferen dapat mengambil berbagai bentuk berikut ;
a.      Linier ; yang berari terjadi substitusi sempurna. Dalam bentuk ini konsumen dimungkinkan mensubstitusikan 1 barang lainnya dengan barang lainnya dengan ukuran (rate) yang konstan,tetapi tidak harus 1 berbanding 1 (slope tidak selalu sama dengan 1). Misal 2 pensil merah untuk satu pensil biru (slope 2).
b.      Siku-siku .Dalam bentuk ini terjadi komplemen sempurna di mana konsumen ingin mengkonsumsi 2 komoditas dengan proporsi yang tetap tetapi tidak harus 1 berbanding 1 .Misal 2 sendok gula untuk 1 cangkir the.
c.      Berslope nol (vertical) atau berslope tak hingga (horizontal) ; berarti slah satu merupakan neutral goods;  karena konsumen tidak member perhatian terhadap barang tersebut. Ambillah contoh misalkan IC berbentuk horizontal dimana sumbu Y menunjukan pendapatan,sedangka sumbu X menunjukkan jumlah hari yang cerah dalam 1 tahun .Pada IC1 titik A dan B sama tingkat utilitasnya ; berarti konsumen tidak memperhatikan berapapun jumlah hari cerah (dalam hal ini hari cerah merupakan barang netral ),tetapi titik C lebih tinggi IC nya karena tingkat pendapatannya lebih tinggi (dalam hal ini pendapatan merupakan barang netral ).
d.      Berslope positif ; berarti salah satunya merupakan barang jelek (bad goods) misalkan yang berada pada sumbu X . Misalkan saja sumbu X merupakan polusi dan sumbu Y merupakan pendapatan. Titik A dan C berada pada satu IC. Perhatikan titik B : pergeseran dari A ke B dengan tingkat pendapatan yang sama tetapi polusi meningkat ,berarti kondisinya menjadi lebih jelek (IC lebih rendah) .Untuk jumlah polusi sebesar B diperlukan tingkat pendapatan yang lebih besar yakni titik C sehingga kepuasannya sama dengan A . Jadi dalam hal ini IC makin ke kiri makin tinggi.

SUMBER DARI BUKU "ECONOMICS- pengantar mikro dan makro" dari ISKANDAR PUTONG

PERILAKU KONSUMEN - PART 4

Kombinasi komoditas
Jika konsumen dapat menukar kombinasi komoditas X dan Y untuk satu utilitas yang sama ;maka dalam hal ini sebenarnya konsumen menukar nilai manfaat dari barang X dan Y . Menambah tau mengurangi konsumsi komoditas X berarti menambah atau mengurangi konsumsi komoditas X berarti menambah atau mengurangi total utilitas dari barang X : yang berdampak pada adanya perubahan marginal utilitynya (MU) .Jadi perubahan jumlah X dan Y sama dengan perubahan marginal utility .Maka perubahan kombinasi dari A ke C menunjukan kemiringan (slope) kurvanya ;sehingga;


SUMBER DARI BUKU "ECONOMICS- pengantar mikro dan makro" dari ISKANDAR PUTONG

PERILAKU KONSUMEN - PART 3



Kurva kepuasan sama atau difference curve(IC)


Gambar 4.1 : Total Utility dan Marginal Utility

Nasi jeruk dan apel yang dibelinya sedemikian rupa sehingga jika salah satu diperbanyak jumlahnya maka yang lain mestilah dikurangi agar manfaat yang diperoleh konsumen tetap sama.Fenomena ini dinyatakan dengan kurva kepuasan sama atau indifference curve (IC); yaitu kurva yang menggambarkan tingkat utility yang sama untuk berbagai kombinasi komoditas.Secara teoritis suatu indifference curve memenuhi syarat-syarat berikut :
1.      Konsisten (prinsip transitivity); Jika dikatakan kombinasi A lebih disukai dari B dan B lebih disukai dari C maka A mestilah lebih disukai dari C. Dengan dalil ini maka kurva indifferen tidak ada yang berpotongan .Perhatikan gambar 4.2.b titik E seolah-olah merupakan titik potong antara IC dan IC.Sebenarnya titik E semestinya diartikan ada pada salah satu kurv indiferen.
1.      Banyak lebih disukai dari sedikit (more is better) juga merupakan alas an rasional sehingga kurva indefferen yang berada pada sisi kanan lebih disukai .
Tidak harus pararel ; karena perubahan utilitas tidak harus proporsional ,tetapi syaratnya harus tetap dipakai

Sabtu, 10 Maret 2012

PERILAKU KONSUMEN - PART 2


Total Utility dan Marginal Utility


Secara sederhana MU dapat diartikan sebagai atau perubahan total utility karena perubahan 1 unit Q (barang yang di konsumsi).

Jumlah jeruk yang di konsumsi
 (Q)

Total Utility
(TU)

Marginal Utility
(MU)
0
-
-
1
20
20
2
35
15
3
45
10
4
50
5
5
53
3
6
55
2
7
55
0
8
54
-1
Tabel 4.1 : Total utility (TU) dan Marginal Utility (MU)
 Dari table tersebut terlihat bahwa nilai TU terus bertambah hingga jeruk ke 6,sedangkan MU bertambah dengan pola menurun ,hingga unit jeruk ke 7 nilai MU mencapai 0 yang berarti TU telah maksimal. Posisi ini di kenal sebagai titik jenuh (saturation point).
Pertanyaan yang penting adalah dapatkah kita mengukur secara pasti nilai guna dari suatu komoditas ? Jawabnya adalah tidak ! Karena itu metode cardinal tidak umuj dipakai dalam teori (kehidupan ) ekonomi yang modern,tetapi prinsip marginal utility yang menurun tetap berlaku hingga kini.
Dengan cara kedua; yaitu menggunakan metode ordinal; tingkat utility diukur melalui order atau rangking tetapi tidak disebutkan nilai gunanya secara pasti ! Dalam hal ini mengkonsumsi 4 komoditas pada umumnya lebih memuaskan daripada mengkonsumsi 1 komoditas,tetapi berapa nilai kepuasannya tidak dapat di ketahui secara pasti! Pada umumnya masyarakat tidak hanya mengkonsumsi satu komoditas ,tetapi kombinasi komoditas.Misalkan saja masyarakat mengkonsumsi 2 komoditas ,yaitu buah jeruk dan buah apel. Konsumen secara rasional ingin membeli sebanyak-banyaknya buah jeruk dan buah apel ; tetapi mereka dihadapkan pada kendala keterbatasan dana .Karena itu konsumen dapat mengubah-ubah kombinasi.

sumbernya dari buku "ECONOMICS- pengantar mikro dan makro" dari ISKANDAR PUTONG

PERILAKU KONSUMEN - PART 1

Perilaku konsumen
Nilai guna dan manfaat gunanya (utility)
A.     Bagaimana Cara Mengukur Manfaat
Jika konsumen membeli barang karena mengharap memperoleh manfaat atau nilai gunanya (utility), tentu saja secara rasional konsumen berharap memperoleh utility yang optimal. Secara rasional,utility akan meningkat jika jumlah komoditas yang dikonsumsi meningkat. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mengukur nilai manfaat tersebut? . Dalam hal ini ada 2 cara pengukuran nlai manfaat dari suatu komoditas yakni : secara cardinal (dengan menggunakan pendekatan nilai absolute) dan secara ordinal (dengan menggunakan pendekatan nilai relative ; order atau rangking).
Dalam pendekatan utilitas cardinal, dianggap bahwa manfaat atau kenikmatan yang di peroleh oleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif dan dapat di ukur secara pasti. Untuk setiap unti yang di konsumsi akan dapat di hitung nilai gunanya. Berdasarkan anggapan bahwa konsumen akan memaksimumkan kepuasan yang akan di capainya,akan di ketahui bagaimana seorang konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan memilih komoditas yang tersedia di pasar. Dalam teori nilai guna ini dikenal nilai guna total (total utility = TU) dan nilai guna marginal (marginal utility = MU). Nilai guna total berkenan dengan jumlah seluruh kepuasan yang di peroleh dari mengkonsumsi sejumlah komoditas tertentu. Nilai guna marginal adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit komoditas tertentu. Berkaitan dengan fenomena ini dalam teori nilai guna di kenal hokum diminishing marginal utility; yaitu pertambahan utilitas yang menurun karena pertambahan satu unit komoditas yang di konsumsi. Sebagai ilustrasi perhatikanlah table berikut :


sumbernya dari buku "ECONOMICS- pengantar mikro dan makro" dari ISKANDAR PUTONG