Etika
berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu "ethikos", yang
berarti “timbul dari kebiasaan" adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana
cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep, seperti benar, salah, dan sebuah tanggung jawab.
Etika adalah sikap setiap pribadi atau perorangan dan kelompok masyarakat dalam merealisasikan
moralitas itu. Karena Etika adalah refleksi kritis terhadap moralitas, maka
etika tidak bermaksud untuk membuat orang bertindak sesuai dengan moralitas
begitu saja.
Etika memang pada akhirnya menghimbau
orang untuk bertindak sesuai dengan moralitas, tetapi bukan karena tindakan itu
diperintahkan oleh moralitas (nenek moyang, orang tua, guru), melainkan karena
ia sendiri tahu bahwa hal itu memang baik baginya. Sadar secara kritis dan
rasional bahwa ia memang sudah sepantasnya bertindak seperti itu.Etika berusaha
menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom dan bukan
heteronom.Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan
dapat dipertanggungjawabkan karena setiap tindakannya selalu lahir dari
keputusan pribadi yang bebas dengan selalu bersedia untuk
mempertanggungjawabkan tindakannya itu karena memang ada alasan-alasan dan
pertimbangan-pertimbangan yang kuat mengapa ia bertindak begitu atau begini.
Dan setelah saya memahami apa itu “etika”,
sekarang saya akan dapat menuliskan sedikit mengenai etika terkait sebuah
pekerjaan khususnya etika seorang pemulung di sekitar kita.
Belajar
dari nilai kehidupan sang ‘pemulung’di sekitar kita. Pemulung yaaa hanya
seorang pemulung yang setiap hari sering kita jumpai di sekitaran kita sedang
mengambil sampah-sampah di tempat sampah kita, keliling komplek dari terbit fajar
sampai terbenamnya matahari. Kemudian dari hasil mengambil sampah-sampah itu
mereka akan menjualnya dengan tujuan untuk mendapatkan uang untuk kehidupannya
sehari-hari. Mungkin itu memang bukan hal yang asing bagi kita semua begitu
mudah kita menemukan ibu-ibu, bapak-bapak, bahkan saya sering menjumpai
kakek-kakek tua dan sampai anak-anak kecil sekalipun yang sedang memulung di
jalan, akan tetapi seberapa tahukan kita tentang keadaan mereka? Bagaimana cara
kerja keras mereka untuk menyambung hidupnya hingga bisa bersekolah? Dan mengapa
mereka lebih memilih pekerjaan memulung ini, apakah tidak ada pekerjaan lain
yang dapat mereka kerjakan? . Itulah yang selama ini ada di pikiran saya dan
memacu saya untuk membuat artikel seperti ini dengan harapan semoga artikel ini
dapat bermanfaat untuk kita semua yang membacanya. Saya baru mengetahui bahwa
pemulung itu di bagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Pemulung lepas yaitu pemulung yang bekerja
sendiri tanpa mengandalkan dari atasannya atau bisa di bilang (Bandar).
2. Pemulung Bandar yaitu
pemulung yang dipinjamkan uangnya oleh atasan mereka dan memotong uang
pinjamannya tersebut, dan kebanyakan atasan-atasannya itu memberikan tempat
tinggal berupa rumah kepada si pemulung tersebut dan rumah yang di berikan
kepada si pemulung itu tentunya tidak berjauhan dengan rumah sang atasan (Bandar)
atau di tempat dimana ia menampung barang-barang hasil pulungnya itu. Sadarkah
kita tentang betapa pentingnya keberadaan seorang pemulung itu? Sebenarnya mereka-mereka
itu secara tidak langsung sudah menjadi seorang pahlawan bagi kehidupan kita di
bumi. Bagaimana tidak mereka bersedia, bahkan dengan hati yang ikhlas mengambil
sampah-sampai kita yang dapat di daur ulang, akan tetapi kebanyakan orang
berpikir bahwa mereka itu tidak sadar akan hal-hal kecil seperti ini, bahkan
saya sering melihat di daerah perumahan-perumahan umum yang memasang sebuah
plang yang isinya himbauan agar pemulung di larang masuk ke lingkungan
perumahannya !! padahal menurut saya, kalau tanpa adanya seorang pemulung saya
tidak akan tahu bagaimana lingkungan kita ini mungkin sudah kumuh dengan
banyaknya sampah-sampah yang berserakan dimana –mana, dan menurut saya hal
tersebut itu sangat tidak manusiawi dan seandainya mereka yang memasang plang
tersebut tidak setuju dengan masuknya seorang pemulung itu jangan seperti itu
cara menghindarinya, menurut saya itu hal yang sangat tidak pantas, sama saja
kita menjauhkan dan menghambat rezeki
para pemulung di luaran sana. Bukankah kita sangat terbantu dengan
kehadirannya? Mengapa kita tidak membantu mereka bukan untuk menghalanginya
mereka untuk mencari nafkah. Saya mempunyai salah satu cara agar para pemulung
itu menjadi mudah dalam pekerjaannya. Kita sebagai manusia yang saling
menghargai semua pekerjaan-pekerjaan yang tentunya halal ini, mengapa kita
tidak membantu mereka dengan cara memisahkan sampah kita agar mereka lebih
mudah dalam mengambil sampah yang mereka butuhkan seperti botol-botol bekas
minuman, kardus-kardus yang sudah tak terpakai, dan lain-lain. Karena
sesungguhnya kita bisa menjalin hubungan timbale balik dengan mereka, dalam
arti hubungan yang saling menguntungkan satu sama lainnya.
Bagi saya sosok pemulung itu sangat mengagumkan, karena mereka
tak pernah mengenal lelah, hujan, panas, terik, malam hingga pagi hari demi
mendapatkan sampah yang dapat membuat mereka bertahan hidup dan membiayai
sekolah anak-anaknya .
Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Etika
0 komentar:
Posting Komentar