Rabu, 11 Juni 2014

1. ETIKA SEORANG PEMULUNG


Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu "ethikos", yang berarti “timbul dari kebiasaan" adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep, seperti benar, salah, dan sebuah tanggung jawab.

Etika adalah sikap  setiap pribadi atau perorangan  dan kelompok masyarakat dalam merealisasikan moralitas itu. Karena Etika adalah refleksi kritis terhadap moralitas, maka etika tidak bermaksud untuk membuat orang bertindak sesuai dengan moralitas begitu saja.
Etika memang pada akhirnya menghimbau orang untuk bertindak sesuai dengan moralitas, tetapi bukan karena tindakan itu diperintahkan oleh moralitas (nenek moyang, orang tua, guru), melainkan karena ia sendiri tahu bahwa hal itu memang baik baginya. Sadar secara kritis dan rasional bahwa ia memang sudah sepantasnya bertindak seperti itu.Etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom dan bukan heteronom.Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan karena setiap tindakannya selalu lahir dari keputusan pribadi yang bebas dengan selalu bersedia untuk mempertanggungjawabkan tindakannya itu karena memang ada alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangan yang kuat mengapa ia bertindak begitu atau begini.
Dan setelah saya memahami apa itu “etika”, sekarang saya akan dapat menuliskan sedikit mengenai etika terkait sebuah pekerjaan khususnya etika seorang pemulung di sekitar kita.
            Belajar dari nilai kehidupan sang ‘pemulung’di sekitar kita. Pemulung yaaa hanya seorang pemulung yang setiap hari sering kita jumpai di sekitaran kita sedang mengambil sampah-sampah di tempat sampah kita, keliling komplek dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Kemudian dari hasil mengambil sampah-sampah itu mereka akan menjualnya dengan tujuan untuk mendapatkan uang untuk kehidupannya sehari-hari. Mungkin itu memang bukan hal yang asing bagi kita semua begitu mudah kita menemukan ibu-ibu, bapak-bapak, bahkan saya sering menjumpai kakek-kakek tua dan sampai anak-anak kecil sekalipun yang sedang memulung di jalan, akan tetapi seberapa tahukan kita tentang keadaan mereka? Bagaimana cara kerja keras mereka untuk menyambung hidupnya hingga bisa bersekolah? Dan mengapa mereka lebih memilih pekerjaan memulung ini, apakah tidak ada pekerjaan lain yang dapat mereka kerjakan? . Itulah yang selama ini ada di pikiran saya dan memacu saya untuk membuat artikel seperti ini dengan harapan semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk kita semua yang membacanya. Saya baru mengetahui bahwa pemulung itu di bagi menjadi 2 bagian yaitu :
1.   Pemulung lepas yaitu pemulung yang bekerja sendiri tanpa mengandalkan dari atasannya atau bisa di bilang (Bandar).
2. Pemulung Bandar yaitu pemulung yang dipinjamkan uangnya oleh atasan mereka dan memotong uang pinjamannya tersebut, dan kebanyakan atasan-atasannya itu memberikan tempat tinggal berupa rumah kepada si pemulung tersebut dan rumah yang di berikan kepada si pemulung itu tentunya tidak berjauhan dengan rumah sang atasan (Bandar) atau di tempat dimana ia menampung barang-barang hasil pulungnya itu. Sadarkah kita tentang betapa pentingnya keberadaan seorang pemulung itu? Sebenarnya mereka-mereka itu secara tidak langsung sudah menjadi seorang pahlawan bagi kehidupan kita di bumi. Bagaimana tidak mereka bersedia, bahkan dengan hati yang ikhlas mengambil sampah-sampai kita yang dapat di daur ulang, akan tetapi kebanyakan orang berpikir bahwa mereka itu tidak sadar akan hal-hal kecil seperti ini, bahkan saya sering melihat di daerah perumahan-perumahan umum yang memasang sebuah plang yang isinya himbauan agar pemulung di larang masuk ke lingkungan perumahannya !! padahal menurut saya, kalau tanpa adanya seorang pemulung saya tidak akan tahu bagaimana lingkungan kita ini mungkin sudah kumuh dengan banyaknya sampah-sampah yang berserakan dimana –mana, dan menurut saya hal tersebut itu sangat tidak manusiawi dan seandainya mereka yang memasang plang tersebut tidak setuju dengan masuknya seorang pemulung itu jangan seperti itu cara menghindarinya, menurut saya itu hal yang sangat tidak pantas, sama saja kita menjauhkan dan menghambat  rezeki para pemulung di luaran sana. Bukankah kita sangat terbantu dengan kehadirannya? Mengapa kita tidak membantu mereka bukan untuk menghalanginya mereka untuk mencari nafkah. Saya mempunyai salah satu cara agar para pemulung itu menjadi mudah dalam pekerjaannya. Kita sebagai manusia yang saling menghargai semua pekerjaan-pekerjaan yang tentunya halal ini, mengapa kita tidak membantu mereka dengan cara memisahkan sampah kita agar mereka lebih mudah dalam mengambil sampah yang mereka butuhkan seperti botol-botol bekas minuman, kardus-kardus yang sudah tak terpakai, dan lain-lain. Karena sesungguhnya kita bisa menjalin hubungan timbale balik dengan mereka, dalam arti hubungan yang saling menguntungkan satu sama lainnya.
            Bagi saya sosok pemulung itu sangat mengagumkan, karena mereka tak pernah mengenal lelah, hujan, panas, terik, malam hingga pagi hari demi mendapatkan sampah yang dapat membuat mereka bertahan hidup dan membiayai sekolah anak-anaknya .

0 komentar: